SD Negeri 1 Karangasem
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Memasuki
zaman globalisasi, dimana setiap individu dituntut untuk melakukan pekerjaan
secara cepat dan tepat dengan kemampuan yang tinggi dalam memutuskan setiap
tindakan, maka diperlukan adanya kualitas dan keterampilan yang mumpuni.
Keterampilan yang dimaksudkan diartikan dapat mengoperasikan teknologi,
mengumpulkan dan mengolah setiap informasi yang di dapatkan, berinovasi,
terampil berkarir, dan hidup dalam keadaan serba modern. Kecakapan seperti ini
memang sangat diperlukan untuk keberlangsungan hidup di abad 21.
Menurut Depdiknas (2002), kecakapan hidup adalah
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema
hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu
mengatasinya. Dalam pandangan Kendall dan Marzano (1997), kecakapan hidup
merupakan diskripsi seperangkat kategori pengetahuan yang bersifat lintas isi
atau kemampuan yang dipandang penting dan dapat digunakan untuk dunia kerja.
Sedangkan Brolin (1989) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan
pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk berfungsi dan
bertindak secara mandiri dan otonom dalam kehidupan sehari-hari, tidak harus
selalu meminta bantuan dan petunjuk pihak lain.
Maka dapat disimpulkan bahwa bentuk dari kecakapan hidup berupa pengetahuan sebagai praksis dan kiat (praxis
dan techne), bukan teori; pengetahuan sebagai skills of doing
sekaligus skills of being.
Dalam
mewujudkan keterampilan tersebut maka pembelajaran dalams sekolah harus merujuk
ada 4C, yaitu: (1) Communication,
pembelajaran Berpembelajaran menganut pada teori konstruktivisme; (2) Collaboration, proses belajar siswa
dilakukan secara berkelompok sehingga tercipta perbaikan sosial dengan
memberikan dan menerima saran dari orang lain; (3) Critical Thinking and Problem Solving, pembelajaran harus
didasarkan pada permasalahan sehingga siswa mampu memilikirkan sebuah pemecahan
yang orisinil atas permasalahan tersebut. (4) Creativity and Innovation, pembelajaran harus mengkondisikan siswa
untuk menciptakan inovasi dan mengembangkan kreativitasnya (Depdiknas, 2002).
Berdasarkan
pemaparan di atas, maka pembelajaran berbasis pemecahan masalah adalah
pembelajaran yang dirasa sangat penting dan besar manfaatnya dalam membangun
generasi berkompetensi dan memiliki keterampilan dalam memecahkan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, didapatkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian problem solving?
2.
Bagaimana sintaks problem solving?
3.
Bagaimana contoh penerapan problem solving dalam pembelajaran
Biologi?
4.
Apa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran berbasis problem
solving?
C.
Tujuan
Pembahasan
Adapun
tujuan pembahasan kali ini adalah:
1. Mengetahui
pengertian problem solving.
2. Mengetahui
sintaks problem solving.
3. Mengetahui
contoh penerapan problem solving
dalam pembelajaran Biologi.
4. Mengetahui
kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran berbasis problem solving.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Problem Solving
Secara umum, problem solving atau pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu
proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil
yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Pramana, 2006). Salah satu bagian
dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making), yang didefinisikan
sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia (Pramana,
2006). Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas hasil
dari pemecahan masalah yang dilakukan. Masalah itu sendiri didefinisikan sebagai
keadaan yang tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Memecahkan masalah juga merupakan
bentuk berpikir. Kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah bukan saja terkait
dengan ketepatan solusi yang diperoleh, melainkan kemampuan yang ditunjukkan sejak
mengenali masalah, menemukan alternatif-alternatif solusi, memilih salah satu
alternatif sebagai solusi, serta mengevaluasi jawaban yang telah diperoleh.
Kemampuan problem solving dianggap fungsi intelektual yang paling kompleks
(Peng, 2004). Sementara menurut Barrows dalam Paidi (2010) kemampuan problem
solving termasuk keterampilan berpikir dan menalar (thinking and reasoning skill), yang di dalamnya juga tercakup
kemampuan metakognitif dan berpikir kritis.
Menurut Ommundsen (2001), pemecahan masalah yang
efektif memerlukan langkah pendekatan yang benar-benar terurut. Keterampilan
memecahkan masalah bukan seperti keterampilan pesulap mengeluarkan merpati dari
telapak tangan yang semula terlihat kosong, sebuah gerakan-gerakan tipu,
melainkan kemampuan yang benar-benar logis dan empiris, yang sering memerlukan
sejumlah waktu. Berdasarkan pengertian di atas, maka pemecahan masalah atau
problem solving adalah proses atau cara dalam menghilangkan perbedaan hasil
dengan hendak dicapai dengan melibatkan keterampilan berpikir dan menalar dalam
pengambilan keputusan dan pendekatan secara runtut dan bijak. Berhasil tidaknya
suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan dari pembelajaran problem solving,
sebagai berikut.
a.
Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi
yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
b.
Kepuasan intelektual akan timbul
dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
c.
Potensi intelektual siswa meningkat.
d.
Siswa belajar bagaimana melakukan
penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
B.
Sintaks
Problem Solving
Ommundsen (2001) mengusulkan
langkah-langkah spesial, yang secara heuristic (jembatan keledai-nya) dikenal
dengan DENT, yaitu Define, Explore,
Narrow, Test, yang detailnya adalah sebagai berikut;
1.
Define the
Problem Carefully (menemukenali problem dengan cermat)
2.
Explore
Possible Solutions (menemukan sebanyak mungkin alternatif solusi)
3.
Narrow Your
Choices (memilih salah satu alternatif solusi)
4.
Test Your
Solution (menguji solusi melalui pengumpulan data empiris).
Sedangkan menurut Hudojo dan Sutawijaya
dalam Hudojo (2003), menjelaskan bahwa langkah dalam penyelesaian problem solving sebagai berikut;
1.
Pemahaman terhadap masalah.
2.
Perencanaan penyelesaian masalah.
3.
Melaksanakan perencanaan.
4.
Melihat kembali penyelesaian.
Adapun langkah-langkah lain yaitu
menurut konsep Dewey dalam Paidi (2010) yang merupakan berpikir itu menjadi
dasar untuk problem solving
adalah sebagai berikut;
1.
Merumuskan masalah, mengetahui dan
menemukan masalah secara jelas.
2.
Menelaah masalah, menggunakan
pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut.
3.
Merumuskan hipotesis, berimajinasi
dan menghayati ruang lingkup, sebab akibat dan alternatif penyelesaian.
4.
Mengumpulkan dan mengelompokkan data
sebagai bahan pembuktian hipotesis, kecakapan mencari dan menyusun data,
menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar.
5.
Pembuktian hipotesis, cakap menelaah
dan membahas data, menghitung dan menghubungkan, keterampilan mengambil
keputusan dan kesimpulan.
6.
Menentukan pilihan penyelesaian,
kecakapan membuat alternatif penyelesaian kecakapan menilai pilihan dengan
memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap langkah.
Dengan latihan mengidentifikasi
masalah dan memecahkannya, siswa terlatih untuk dapat menemukan keterampilan
metakognisi atau keterampilan berpikir tingkat tinggi (DeGallow, 1999). Adapun
langkah yang harus diperhatikan oleh guru di dalam memberikan pembelajaran problem solving yaitu,
1.
Menyajikan masalah dalam bentuk
umum.
2.
Menyajikan kembali masalah dalam
bentuk operasional.
3.
Menentukan strategi penyelesaian.
4.
Menyelesaikan masalah.
C.
Contoh
Penerapan Problem Solving dalam
Pembelajaran Biologi
Kemampuan pemecahan masalah dapat
didefinisikan sebagai kemampuan melakukan proses mengenal dan menghilangkan
kesenjangan antara kenyataan dan keadaan idealnya dari suatu fenomena atau
hal-hal yang terkait dengan materi pelajaran biologi (diadaptasi dari Peng,
2004 dan Pramana, 2006). Dalam penelitian, pemecahan masalah dimulai dari
mengenal masalah, menemukan alternatif solusi, memilih alternatif solusi, dan
melakukan pemecahan masalah, serta melakukan refleksi keberhasilan pemecahan
masalah. Kualitas hasil pemecahan masalah diukur menggunakan tes khusus, adalah
tes pemecahan masalah (Paidi, 2010).
Masalah yang dipecahkan dalam
kegiatan pemecahan masalah, adalah permasalahan atau persoalan otentik. Masalah
otentik banyak didefinisikan sebagai ill-structured problems, adalah persoalan yang tidak hanya mempunyai satu macam
solusi, persoalan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu/kajian, dan juga yang
berupa persoalan, yang memancing pemikiran untuk menemukan
alternatif-alternatif rumusan dan juga solusinya. Masalah otentik juga dimaknai
oleh permasalahan atau persoalan yang familiar, yang dikenal siswa, yang
terjadi di sekitar sekolah atau tempat tinggal siswa, dan atau masalah yang
sedang mengemuka (Paidi, 2010).
Dalam matapelajaran biologi di SMA,
masalah otentik dapat dikaitkan dengan materi-materi yang melibatkan banyak
disiplin ilmu dalam kajiannya, misalnya ekosistem, lingkungan hidup, dan
bioteknologi. Materi-materi ini banyak terkait dengan kehidupan manusia
sehari-hari, atau mempunyai nilai sosial yang tinggi, sehingga sangat familiar
dan kontekstual bagi seluruh anggota keluarga. Banyak permasalahan problematik
dapat diidentifikasi dan diangkat dari materi-materi pelajaran ini (Paidi,
2010).
Selain langsung dari lingkungan
sekitar siswa atau sekolah, masalah otentik banyak tersaji dalam majalah, surat
kabar lokal, atau media masa lainnya. Masalah kontekstual ini juga dapat
dirunut di internet ataupun jurnal-jurnal tertentu. Penyelidikan atau
investigasi dalam pemecahan masalah merupakan langkah paling tepat, yang
mencakup kegiatan-kegiatan pengamatan objek biologi (first hand information). Namun. Dalam kondisi tertentu, penelusuran
jawaban atau informasi dari referensi baik buku, majalah ilmiah, jurnal, maupun
internet (second hand information), juga
dapat dilakukan untuk memperoleh jawaban permasalahan (Paidi, 2010).
D.
Kelebihan
dan Kelemahan Pembelajaran berbasis Problem
Solving
Pembelajaran problem solving ini memiliki
keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan model pembelajaran problem
solving diantaranya yaitu melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan,
berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang di hadapi secara
realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan
mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat
membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia
kerja.
Sementara kelemahan model pembelajaran problem
solving itu sendiri seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk
menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan
siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian
atau konsep tersebut. Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan
alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang
lain.
Pembelajaran dengan problem solving
mungkin merupakan strategi, model, atau pendekatan yang baru bagi beberapa
rekan guru. Hal ini tentu menimbulkan beberapa kesulitan dalam impletentasinya.
Berikut ini beberapa saran yang berkaitan dengan hambatan dan kesalahan dalam
memecahkan masalah.
1.
Kenali kebiasaan umum yang
menghambat pemecahan masalah atau kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan
dalam usaha memecahkan masalah.
2.
Setelah mengetahui sumber-sumber
ketidakmampuan memecahkan masalah seperti di atas, maka kita perlu
mengindentifikasi kesalahan atau hambatan apa saja yang sering dilakukan oleh
siswa.
3.
Beri contoh kepada siswa tentang
kesalahan atau hambatan memecahkan masalah. Ini akan sangat baik bila dilakukan
berangkat dari jawaban siswa sendiri. Setiap siswa gagal menyelesaikan suatu
masalah, upayakan untuk sama-sama mempelajari dimana letak kegagalannya dan
bagaimana langkah perbaikan yang perlu dilakukan.
4.
Arahkan siswa untuk berpikir sebelum
bertindak, termasuk memahami masalah sejelas-jelasnya.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Pemecahan
masalah atau problem solving adalah proses atau cara dalam menghilangkan
perbedaan hasil dengan hendak dicapai dengan melibatkan keterampilan berpikir
dan menalar dalam pengambilan keputusan dan pendekatan secara runtut dan bijak.
2. Langkah-langkah
dalam pemecahan masalah yaitu (1) Merumuskan masalah, (2) Menelaah
masalah, (3) Merumuskan hipotesis, (4) Mengumpulkan dan mengelompokkan data,
(5) Pembuktian hipotesis, dan (6) Menentukan pilihan penyelesaian.
3. Contoh
penerapan dalam pembelajaran Biologi adalah disesuaikan dengan materi yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan memiliki pemecahan masalah yang
lebih dari satu. Selain itu penyelidikan juga bisa mengambil kesimpulan
berdasarkan data primer ataupun data sekunder.
4. Kelebihan dari
pembelajaran problem solving adalah melatih
siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif,
memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan
melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan,
merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan
dengan kehidupan khususnya dunia kerja. Sedangkan untuk kelemahannya adalah beberapa
pokok bahasan sangat sulit untuk diterapkan dan alokasi waktunya lama.
B.
Saran
Pembelajaran
berbasis problem solving atau pembelajaran berbasis masalah perlu diterapkan
pada kegiatan belajar mengajar karena sistemnya yang menuntun dan mengajarkan siswa
untuk berfikir secara kritis dan menyeluruh juga mengajarkan siswa untuk
mencari solusi dan pemecahan dari permasalahan tersebut. Hal ini sesuai dengan
perkembangan zaman pada era globalisasi.
Daftar Rujukan
Brolin, D.E. 1989. Life Centered Career Education:
A Competency Based Approach. Reston VA: The Council for Exepctional
Children.
DeGallow.
2001. What is Problem-Based Learning?
(Online), (http://www.pbl.uci.edu/-whatispbl/html.htm), diakses tanggal 22
Februari 2014.
Depdiknas. 2002. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan
Kecakapan Hidup. Buku I, II, dan III. Jakarta: Depdiknas.
Kendall, John S dan Marzano, Robert J. 1997. Content
Knowledge: A Compedium of Standards and Benchmarkes for K-12 Education. Aurora,
Colorado, USA: Mc REL Mid – Continent Regional Educational Laboratory;
Alexandria, Virginia, USA: ASCD.
Paidi.
2010. Pemecahan Masalah dalam
Pembelajaran Biologi SMA. (Online), (staff.uny.ac.id/sites/..../Integrative%20Science.pdf),
diakses tanggal 22 Februari 2014
Pramana, B.
2006. Problem Solving. (Online).
(http://sarengbudi.web.id/-wpcontent-/uploads/problem-solving.doc), diakses 22
Februari 2014.
Peng, C.N.
2004. Successful Problem-Based Learning
for Primary and Secondary Classrooms. Singapore: Federal Publications
Ommundsen
P., 2001. Problem-Based Learning With 20
Case Examples. (Online article). (www.saltspring.com/capewest/pbl.htm),
diakses tanggal 22 Februari 2014
Berlangganan Artikel Via Email
No comments:
Post a Comment