Kecakapan Hidup Abad 21: Kajian Pembelajaran Abad 21 - Kelas Virtualku

Breaking

Tuesday, February 14, 2017

Kecakapan Hidup Abad 21: Kajian Pembelajaran Abad 21

Oleh: Hendrik Hermawan, M.Pd
SD Negeri 1 Karangasem


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Memasuki zaman globalisasi, dimana setiap individu dituntut untuk melakukan pekerjaan secara cepat dan tepat dengan kemampuan yang tinggi dalam memutuskan setiap tindakan, maka diperlukan adanya kualitas dan keterampilan yang mumpuni. Keterampilan yang dimaksudkan diartikan dapat mengoperasikan teknologi, mengumpulkan dan mengolah setiap informasi yang di dapatkan, berinovasi, terampil berkarir, dan hidup dalam keadaan serba modern. Kecakapan seperti ini memang sangat diperlukan untuk keberlangsungan hidup di abad 21.
Menurut Depdiknas (2002), kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Dalam pandangan Kendall dan Marzano (1997), kecakapan hidup merupakan diskripsi seperangkat kategori pengetahuan yang bersifat lintas isi atau kemampuan yang dipandang penting dan dapat digunakan untuk dunia kerja. Sedangkan Brolin (1989) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk berfungsi dan bertindak secara mandiri dan otonom dalam kehidupan sehari-hari, tidak harus selalu meminta bantuan dan petunjuk pihak lain. Maka dapat disimpulkan bahwa bentuk dari kecakapan hidup berupa pengetahuan sebagai praksis dan kiat (praxis dan techne), bukan teori; pengetahuan sebagai skills of doing sekaligus skills of being.
Dalam mewujudkan keterampilan tersebut maka pembelajaran dalams sekolah harus merujuk ada 4C, yaitu: (1) Communication, pembelajaran Berpembelajaran menganut pada teori konstruktivisme; (2) Collaboration, proses belajar siswa dilakukan secara berkelompok sehingga tercipta perbaikan sosial dengan memberikan dan menerima saran dari orang lain; (3) Critical Thinking and Problem Solving, pembelajaran harus didasarkan pada permasalahan sehingga siswa mampu memilikirkan sebuah pemecahan yang orisinil atas permasalahan tersebut. (4) Creativity and Innovation, pembelajaran harus mengkondisikan siswa untuk menciptakan inovasi dan mengembangkan kreativitasnya (Depdiknas, 2002).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka pembelajaran berbasis pemecahan masalah adalah pembelajaran yang dirasa sangat penting dan besar manfaatnya dalam membangun generasi berkompetensi dan memiliki keterampilan dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian problem solving?
2.      Bagaimana sintaks problem solving?
3.      Bagaimana contoh penerapan problem solving dalam pembelajaran Biologi?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran berbasis problem solving?

C.    Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan kali ini adalah:
1.      Mengetahui pengertian problem solving.
2.      Mengetahui sintaks problem solving.
3.      Mengetahui contoh penerapan problem solving dalam pembelajaran Biologi.
4.      Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran berbasis problem solving.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Problem Solving
Secara umum, problem solving atau pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Pramana, 2006). Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia (Pramana, 2006). Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan. Masalah itu sendiri didefinisikan sebagai keadaan yang tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Memecahkan masalah juga merupakan bentuk berpikir. Kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah bukan saja terkait dengan ketepatan solusi yang diperoleh, melainkan kemampuan yang ditunjukkan sejak mengenali masalah, menemukan alternatif-alternatif solusi, memilih salah satu alternatif sebagai solusi, serta mengevaluasi jawaban yang telah diperoleh. Kemampuan problem solving dianggap fungsi intelektual yang paling kompleks (Peng, 2004). Sementara menurut Barrows dalam Paidi (2010) kemampuan problem solving termasuk keterampilan berpikir dan menalar (thinking and reasoning skill), yang di dalamnya juga tercakup kemampuan metakognitif dan berpikir kritis.
Menurut Ommundsen (2001), pemecahan masalah yang efektif memerlukan langkah pendekatan yang benar-benar terurut. Keterampilan memecahkan masalah bukan seperti keterampilan pesulap mengeluarkan merpati dari telapak tangan yang semula terlihat kosong, sebuah gerakan-gerakan tipu, melainkan kemampuan yang benar-benar logis dan empiris, yang sering memerlukan sejumlah waktu. Berdasarkan pengertian di atas, maka pemecahan masalah atau problem solving adalah proses atau cara dalam menghilangkan perbedaan hasil dengan hendak dicapai dengan melibatkan keterampilan berpikir dan menalar dalam pengambilan keputusan dan pendekatan secara runtut dan bijak. Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan dari pembelajaran problem solving, sebagai berikut.
a.       Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
b.      Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
c.       Potensi intelektual siswa meningkat.
d.      Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

B.     Sintaks Problem Solving
Ommundsen (2001) mengusulkan langkah-langkah spesial, yang secara heuristic (jembatan keledai-nya) dikenal dengan DENT, yaitu Define, Explore, Narrow, Test, yang detailnya adalah sebagai berikut;
1.      Define the Problem Carefully (menemukenali problem dengan cermat)
2.      Explore Possible Solutions (menemukan sebanyak mungkin alternatif solusi)
3.      Narrow Your Choices (memilih salah satu alternatif solusi)
4.      Test Your Solution (menguji solusi melalui pengumpulan data empiris).
Sedangkan menurut Hudojo dan Sutawijaya dalam Hudojo (2003), menjelaskan bahwa langkah dalam penyelesaian problem solving sebagai berikut;
1.      Pemahaman terhadap masalah.
2.      Perencanaan penyelesaian masalah.
3.      Melaksanakan perencanaan.
4.      Melihat kembali penyelesaian.
Adapun langkah-langkah lain yaitu menurut konsep Dewey dalam Paidi (2010) yang merupakan berpikir itu menjadi dasar untuk problem solving  adalah sebagai berikut;
1.      Merumuskan masalah, mengetahui dan menemukan masalah secara jelas.
2.      Menelaah masalah, menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut.
3.      Merumuskan hipotesis, berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab akibat dan alternatif penyelesaian.
4.      Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis, kecakapan mencari dan menyusun data, menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar.
5.      Pembuktian hipotesis, cakap menelaah dan membahas data, menghitung dan menghubungkan, keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
6.      Menentukan pilihan penyelesaian, kecakapan membuat alternatif penyelesaian kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap langkah.
Dengan latihan mengidentifikasi masalah dan memecahkannya, siswa terlatih untuk dapat menemukan keterampilan metakognisi atau keterampilan berpikir tingkat tinggi (DeGallow, 1999). Adapun langkah yang harus diperhatikan oleh guru di dalam memberikan pembelajaran problem solving yaitu,
1.      Menyajikan masalah dalam bentuk umum.
2.      Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional.
3.      Menentukan strategi penyelesaian.
4.      Menyelesaikan masalah.

C.    Contoh Penerapan Problem Solving dalam Pembelajaran Biologi
Kemampuan pemecahan masalah dapat didefinisikan sebagai kemampuan melakukan proses mengenal dan menghilangkan kesenjangan antara kenyataan dan keadaan idealnya dari suatu fenomena atau hal-hal yang terkait dengan materi pelajaran biologi (diadaptasi dari Peng, 2004 dan Pramana, 2006). Dalam penelitian, pemecahan masalah dimulai dari mengenal masalah, menemukan alternatif solusi, memilih alternatif solusi, dan melakukan pemecahan masalah, serta melakukan refleksi keberhasilan pemecahan masalah. Kualitas hasil pemecahan masalah diukur menggunakan tes khusus, adalah tes pemecahan masalah (Paidi, 2010).
Masalah yang dipecahkan dalam kegiatan pemecahan masalah, adalah permasalahan atau persoalan otentik. Masalah otentik banyak didefinisikan sebagai ill-structured problems, adalah persoalan yang tidak hanya mempunyai satu macam solusi, persoalan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu/kajian, dan juga yang berupa persoalan, yang memancing pemikiran untuk menemukan alternatif-alternatif rumusan dan juga solusinya. Masalah otentik juga dimaknai oleh permasalahan atau persoalan yang familiar, yang dikenal siswa, yang terjadi di sekitar sekolah atau tempat tinggal siswa, dan atau masalah yang sedang mengemuka (Paidi, 2010).
Dalam matapelajaran biologi di SMA, masalah otentik dapat dikaitkan dengan materi-materi yang melibatkan banyak disiplin ilmu dalam kajiannya, misalnya ekosistem, lingkungan hidup, dan bioteknologi. Materi-materi ini banyak terkait dengan kehidupan manusia sehari-hari, atau mempunyai nilai sosial yang tinggi, sehingga sangat familiar dan kontekstual bagi seluruh anggota keluarga. Banyak permasalahan problematik dapat diidentifikasi dan diangkat dari materi-materi pelajaran ini (Paidi, 2010).
Selain langsung dari lingkungan sekitar siswa atau sekolah, masalah otentik banyak tersaji dalam majalah, surat kabar lokal, atau media masa lainnya. Masalah kontekstual ini juga dapat dirunut di internet ataupun jurnal-jurnal tertentu. Penyelidikan atau investigasi dalam pemecahan masalah merupakan langkah paling tepat, yang mencakup kegiatan-kegiatan pengamatan objek biologi (first hand information). Namun. Dalam kondisi tertentu, penelusuran jawaban atau informasi dari referensi baik buku, majalah ilmiah, jurnal, maupun internet (second hand information), juga dapat dilakukan untuk memperoleh jawaban permasalahan (Paidi, 2010).

D.    Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran berbasis Problem Solving
Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan model pembelajaran problem solving diantaranya yaitu melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja.
Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu sendiri seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
Pembelajaran dengan problem solving mungkin merupakan strategi, model, atau pendekatan yang baru bagi beberapa rekan guru. Hal ini tentu menimbulkan beberapa kesulitan dalam impletentasinya. Berikut ini beberapa saran yang berkaitan dengan hambatan dan kesalahan dalam memecahkan masalah.
1.      Kenali kebiasaan umum yang menghambat pemecahan masalah atau kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dalam usaha memecahkan masalah.
2.      Setelah mengetahui sumber-sumber ketidakmampuan memecahkan masalah seperti di atas, maka kita perlu mengindentifikasi kesalahan atau hambatan apa saja yang sering dilakukan oleh siswa.
3.      Beri contoh kepada siswa tentang kesalahan atau hambatan memecahkan masalah. Ini akan sangat baik bila dilakukan berangkat dari jawaban siswa sendiri. Setiap siswa gagal menyelesaikan suatu masalah, upayakan untuk sama-sama mempelajari dimana letak kegagalannya dan bagaimana langkah perbaikan yang perlu dilakukan.
4.      Arahkan siswa untuk berpikir sebelum bertindak, termasuk memahami masalah sejelas-jelasnya.
                       


BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
1.      Pemecahan masalah atau problem solving adalah proses atau cara dalam menghilangkan perbedaan hasil dengan hendak dicapai dengan melibatkan keterampilan berpikir dan menalar dalam pengambilan keputusan dan pendekatan secara runtut dan bijak.
2.      Langkah-langkah dalam pemecahan masalah yaitu (1) Merumuskan masalah, (2) Menelaah masalah, (3) Merumuskan hipotesis, (4) Mengumpulkan dan mengelompokkan data, (5) Pembuktian hipotesis, dan (6) Menentukan pilihan penyelesaian.
3.      Contoh penerapan dalam pembelajaran Biologi adalah disesuaikan dengan materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan memiliki pemecahan masalah yang lebih dari satu. Selain itu penyelidikan juga bisa mengambil kesimpulan berdasarkan data primer ataupun data sekunder.
4.      Kelebihan dari pembelajaran problem solving adalah melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja. Sedangkan untuk kelemahannya adalah beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk diterapkan dan alokasi waktunya lama.

B.     Saran
Pembelajaran berbasis problem solving atau pembelajaran berbasis masalah perlu diterapkan pada kegiatan belajar mengajar karena sistemnya yang menuntun dan mengajarkan siswa untuk berfikir secara kritis dan menyeluruh juga mengajarkan siswa untuk mencari solusi dan pemecahan dari permasalahan tersebut. Hal ini sesuai dengan perkembangan zaman pada era globalisasi.
Daftar Rujukan

Brolin, D.E. 1989. Life Centered Career Education: A Competency Based Approach. Reston VA: The Council for Exepctional Children.
DeGallow. 2001. What is Problem-Based Learning? (Online), (http://www.pbl.uci.edu/-whatispbl/html.htm), diakses tanggal 22 Februari 2014.
Depdiknas. 2002. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup. Buku I, II, dan III. Jakarta: Depdiknas.
Kendall, John S dan Marzano, Robert J. 1997. Content Knowledge: A Compedium of Standards and Benchmarkes for K-12 Education. Aurora, Colorado, USA: Mc REL Mid – Continent Regional Educational Laboratory; Alexandria, Virginia, USA: ASCD.
Paidi. 2010. Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi SMA. (Online), (staff.uny.ac.id/sites/..../Integrative%20Science.pdf‎), diakses tanggal 22 Februari 2014
Pramana, B. 2006. Problem Solving. (Online). (http://sarengbudi.web.id/-wpcontent-/uploads/problem-solving.doc), diakses 22 Februari 2014.
Peng, C.N. 2004. Successful Problem-Based Learning for Primary and Secondary Classrooms. Singapore: Federal Publications

Ommundsen P., 2001. Problem-Based Learning With 20 Case Examples. (Online article). (www.saltspring.com/capewest/pbl.htm), diakses tanggal 22 Februari 2014

No comments:

Post a Comment